
Beliau merintis penanaman kina di sejumlah daerah pegunungan di Wilayah Priangan Jabar, seperti di Pangalengan (Cikembang, Purbasari, dan Malabar), di Ciwidey (Rancabolang dan Rancabali) mulai sekitar tahun 1830. Belakangan, usaha yang dirintisnya itu mampu membawa harum nama daerah Priangan, dengan sempat menjadi pemasok utama kina hingga 90% didunia hingga menjelang Perang Dunia II, sebelum akhirnya usaha kina di Jabar mengalami kemunduran yang dilihat dari jumlah produksinya, bahkan saat ini untuk mencukupi kebutuhan bahan baku untuk dua pabrik pengolahan kina kita harus mengimport dalam jumlah yang cukup besar.
Beliau menikah pada tahun 1850 dengan Johanna Lousiana Frederica Koch dan akhirnya tinggal bersama istri dan anaknya di sebuah kampung bernama pondok bambu yang terletak dikaki Gunung Tangkuban Perahu yang mana merupakan satu-satunya kampung di daerah Lembang pada saat itu. Dan ditempat itulah beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir, namun sebelum meninggal ia berpesan kepada sahabat yang setia mendampinginya yaitu, Dr. Gronemen “Bisakah engkau membukakan jendela-jendela?” lalu beliau berkata lagi “ Aku ingin berpamitan pada gunung-gunungku, aku ingin memandang hutan-hutan yang hijau dan aku ingin menghirup udara pegunungan yang terakhir kalinya….”
Orang yang mendapat julukan “Humboldt untuk Jawa” itu diakui ,memiliki kemampuan mengamati yang luar biasa. Selain itu beliau juga memiliki bakat yang besar untuk menggambarkan hasil pengamatannya, baik dengan kata-kata maupun dengan lukisannya, bahkan diakhir hayatnya beliau bekerja dengan topografi. Selain sebagai seorang botani beliau juga bekerja sebagai geolog, etnograf, topograf, dan geograf.
Sebagai penghargaan atas nama besar dan jasa Franz W. Junghuhn, namanya diabadikan untuk sebuah perkebunan dan rumah sakit di Kec. Pangalengan Kab. Bandung. Setidaknya, masyarakat dapat mengenal namanya melalui Perkebunan Pasir Junghuhn (kini bagian dari Perkebunan Purbasari) dan Rumah Sakit Pasir Junghuhn, yang kini dikelola PTPN VIII.
Sumber: buku Jendela Bandung karangan Her Suganda dan sumber lainnya
foto : ujang endey dan dari www.nationaalherbarium.nl
Tidak ada komentar:
Posting Komentar