Senin, 07 September 2009

Menelusuri Urat Emas Pangalengan



Yup di Pangalengan ternyata ada juga penambangan emas tepatnya sih di daerah perkebunan teh cukul lokasinya yang lumayan jauh karena harus melewati situ cileunca dan juga perkampungan penduduk . dan sebelum mencapai perkebunan teh cukul inipun kita dapat melihat rumah peninggalan bergaya jerman lengkap dengan danau kecilnya. Lokasi penambangan ini bisa ditandai dengan tempat penimbangan daun teh sih pada awalnya namun kini bangunan penimbangan telah rata dengan tanah.

Tambang emas ini pada mulanya merupakan daerah pertambangan milik salah satu perusahaan tambang terkemuka hanya saja karena kadar emasnya kecil, maka ditinggalkan dan ternyata para penambang ini adalah pegawai tambang dari perusahaan tersebut, keahlian yang mereka dapat sewaktu menjadi pegawai mereka terapkan saat ini untuk mencoba peruntungannya dengan menjadi penambang rakyat dan ternyata para penambang ini adalah satu keluarga besar dan berasal juga dari daerah Garut dan ternyata lagi lagi ternyata tempat mereka menambang itupun berbatasan juga dengan daerah Garut. Dalam setiap tempat penambangan bisa terdiri dari 30 orang dan juga katanya semakin kebawah semakin banyak juga penambang-penambang seperti mereka. Pada gubuk-gubuk berteduh pun ada anak-anak yang seharusnya mereka tidak boleh ada ditempat itu, namun karena situasi dan keadaan ekonomi yang mengharuskan mereka berada ditempat tersebut.


Jangan bayangkan tempat tidur yang nyaman dengan spring bednya dan jangan bayangkan juga udara yang bersahabat setiap harinya betapa tidak udara dingin dan kabut yang hampir setiap hari datang dan terkadang hujan turun dengan derasnya! Dan tentu saja karena tempat tinggal yang dihuni oleh para penambang ini jauh dari kata layak bahkan kalo saya bilang sangat tidak sepadan dengan perjuangan mereka untuk bertahan hidup tapi yah itulah perjalanan hidup bagi mereka mencari gram demi gram emas untuk menghidupi keluarga mereka. Salah satu hiburan bahkan olahraga bagi mereka addalah bermain tenis meja selain hiburan dari radio bahkan menurut salah seorang penambang pada jam 3 subuh kami bisa nonton juga film-film dari luar yang bebas tanpa sensor! Loh emang ada listrik? Tentu saja ada sumber listrik berasal dari dinamo-dinamo yang digerakan oleh turbin-turbin kecil tenaga air.


Cara menambang yang masih tradisional membuat suatu keunikan tersendiri. Pada awalnya mereka menggali lorong-lorong dengan lebar sekitar 50cm dan tinggi sekitar 1,5 meter sayapun harus menunduk saat hendak melihat dalamnya seperti apa, setelah itu lorong hasil galian tersebut hanya ditahan menggunakan kayu seadanya saja. Awal saya melihat wajah para penambang mungkin seperti melihat orang-orang Mongolia yah alasannya karena wajah mereka yang pucat putih karena batu kapur yang mereka tambang untuk mencari gram demi gram emas. Awalnya mereka mengambil batuan dan bahan-bahan lain yang masih tercampur lalu dibagian lain batu-batu tersebut dipecah manjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk memudahkan dalam memasukan kedalam gledegan atau tabung-tabung besi untuk mengurai antara emas dan bahan lainnya tentu saja dengan menggunakan tenaga dari air yang tadi dibendung tadi dan tentu saja setelah sebelumnya dicampur dengan air raksa.

Setelah mereka mendapatkan emas, tidak mereka langsung jual tetapi mereka kumpulkan dahulu agar hasilnya lebih lumayanlah, sebenarnya ada tengkulak yang akan membeli emas-emas hasil mereka namun karena harganya yang rendah mereka lebih senang untuk menjual langsung kekota atau kedaerah pangalengan dan alasan lainnya adalah agar mereka bisa seklaian berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari mereka.


Namun ada keindahan dibalik perihnya kehidupan para penambang dan keluarganya yaitu air terjun yang lumayan indah walaupun untuk mencapai air terjun tersebut kita harus ekstra hati-hati karena ada bagian sungai yang dibendung untuk menambah derasnya air yang digunakan untuk memutar tabung-tabung besi tadi. Jalan berbatu dengan lumut hijau yang licin serta dalamnya air menuju air terjun setinggi hampir selutut membuat kita harus mengungsikan dahulu benda-benda elektronik kalo ga mau jadi basah dan rusak tentunya. Bila kita lihat dari segi lingkungan penambangan ini tentu saja sangat merusak tapi apa mau dikata mereka pun terpaksa melakukannya karena faktor ekonomi yang memaksa.