Kamis, 21 Januari 2010

Mengejar Negeri di Awan

Bandung, Sabtu 2 januari 2010
Ini adalah awal perjalanan saya di tahun 2010. Rute yang akan akan saya tempuh memang singkat yaitu, dari daerah dago menuju daerah Cicaheum bahkan naik angkutan umum pun tidak sampai Rp. 5.ooo,- tapi perjalanan yang akan saya tempuh ini adalah dengan berjalan kaki dan bukan melewati jalur angkot. Teapi melewati daerah Dago atas, Warung Daweung hingga Cicaheum.
Jam menunjukan 04.40 pagi dan bersama rekan saya taufik & Shela perjalanan pun kami mulai. Memasuki daerah dago resort kami berjalan terus mengikuti kemana kaki melangkah, dalam terang gelapnya kami rasakan udara sejuk khas yang dikota-kota sudah jarang bisa ditemukan dan yang terpenting inilah oksigen yang baik untuk kesehatan. Sambil terus berjalan tak terasa jalan komplek yang semakin menanjak, namun itu tidak kami sesali karena pemandangan kota Bandung yang indah masih terselimuti kabut pagi. kamipun terkagum-kagum dan membayangkan disini saja pemandangannya sudah indah apalagi kalo udah ditempat tujuan kami yaitu, Warung daweung akan terasa semakin indah dan tentu kamipun semakin bersemangat.
Sampai juga di perempatan yang menanjak, disebelah kiri ada jalan yang tertutup portal dan disebelah kanan adalah jalan yang akan kami pilih dan yang menjadi patokannya adalah The View International Restaurant. Kami terus berjalan hingga kondisi jalan berubah menjadi abstrak yang menandakan komplek perumahan berakhir dan berganti menjadi jalan menuju perkampungan penduduk.
Jalan menanjak hingga kemiringan 450 pun kami lewati, gonggongan anjing tak kami hiraukan dan sesekali kami beristirahat sambil memandangi kota yang terselimut kabut yang semakin lama semakin memudar dan menandakan denyut kehidupan kota mulai bergeliat. Dan seperti biasa kebun-kebun penduduk dikanan kiri yang tertata dengan apik menyerupai motif kain batik seperti ikut mendukung kain batik sebagai warisan dunia walaupun sebenarnya motif-motif itu dibuat karena kebun-kebun berada dilereng yang memiliki kemiringan cukup miringlah.
Beberapa gapura desa telah kami lewati mulai dari desa Ciharalang, Cikahuripan dan hingga Cimenyan yang ternyata daerah Cimenyan ini sangat luas juga. Sambil berjalan kami berpapasan dengan para petani yang hendak berkebun dan kebetulan ada kendaraan pick up terbuka melintas tanpa pikir panjang kamipun ikut menumpang bersama para ibu-ibu petani. Hingga ada percabangan jalan kmaipun berhenti karena ada tulisan Warung Daweung darisini Kamipun berjalan sedikit untuk menuju tempat ttersebut, kamipun melihat sorang nenek yang sedang moyan (berjemur) saya terkagum-kagum karena rumahnya gubuk, tetapiu pemandangan dari terasnya yang sangat indah. Kamipun sampai di Warung Daweung negeri di atas awan yang indah dimana waktu malam tahun baru saya bersama teman-teman melihat kembang api. Sambil beristirahat kami memesan Pisang goreng Keju ditemani segelas kopi yang dibawa oleh Shela. Rasa lelah kamipun hilang saat itu juga, pemandangan yang menurut saya sangat indah. Gunung tinggi berselimut kabut dengan cerah dan birunya langit dengan bangunan-bangunan di kota yang terlihat sangat kecil. Sayapun teringat akan manusia purba yang mungkin saja ditempat saya berada inilah mereka dulu berada atau tinggal.
Dan itulah mengapa saya memberi judul tulisan ini mengejar negeri di awan yang semula mengejar matahari, karena memang rencana awalnya adalah melihat matahari nongol namun kami tidak sempat tapi tetap saja kami tidak menyesal karena pemandangan indah dari tempat ini. Dan seperti biasa para model pun mulai beraksi dan foto-foto yang dihasilkanpun lumayan membuat orang-orang yang melihatnya takjub.
Setelah kami puas menikmati keindahan ini, kamipun memutuskan kembali pulang namun melewati jalur yang berbeda yaitu menuju daerah cicaheum. Jalan yang kami tempuh memang sangat becek diawalnya namun lama-kelamaan jalan aspal yang kami lalui. Tak terasa 1 jam lebih kami berjalan hingga kemi melihat kumpulan batu-batu sisa letusan gunung berapi ya kami menyebutnya taman batu 2 karena taman batu 1 berada di kawasan kars citatah Padalarang. Selesai berfoto kami lanjutkan perjalana melewati desa Mekarsaluyu, kampung Cibanteng desa Mandalamekar hingga jatihandap dan sampai di daerah cicaheum. Namun sama seperti sebelumnya kamipun menumpang kendaraan waktu di dareah mandalamekar hingga daerah jatihandap. Seperti atlet yang diarak keliling kampung kamipun berdiri sambil sedikit malu karena banyak warga yang melihat kami.
Perjalanan pun berakhir dengan membawa kesan yang takkan terlupakan walaupun kaki dan badan jadi pegal-pegal, namun bila ada waktu lagi sayapun ingin kembali kesana.